Bagi para penggemar sepakbola layar kaca, tentu suara komentator bukanlah hal yang asing di telinga. Selalu ada suara yang menarasikan pertandingan sepakbola agar mudah dinikmati, namun kadang dibumbui dengan analisis atau candaan yang mengundang tawa. Komentator dan tayangan pertandingan sepakbola telah menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan setiap menonton transmisi siaran langsung.
Jika datang ke stadion secara in-situ, tentu suara komentator televisi yang kocak dan bias itu tidak akan diperdengarkan melalui pengeras suara. Para fans yang datang secara langsung untuk menyaksikan pertandingan tim kesayangannya tidak membutuhkan suara komentator televisi. Pasalnya, setiap klub sepakbola sudah memiliki announcer-nya sendiri – dan ini sesuai kebutuhan mereka.
Peran stadium announcer sudah pasti berbeda dengan komentator televisi. Juru bicara di depan kamera tentu punya tugas untuk menarasikan sepakbola secara netral kepada khalayak. Mereka harus bersikap objektif karena ada dua fans dan publik netral yang menyaksikan laga lewat televisi. Sementara itu, stadium announcer punya tugas untuk menghidupkan atmosfer stadion – yang secara tidak langsung menguarkan suara fans serta menebar teror pada tim tamu.
Contoh nyata yang masih hangat di ingatan publik sepakbola mungkin adalah sahut-menyahut Decibel Bellini dengan fans Napoli di San Paolo. Momen ini sempat viral di media sosial seiring Gonzalo Higuain dielu-elukan oleh suporter Partenopei. Respons yang timbul dari peristiwa itu turut mendapat tanggapan positif, walau mungkin sekarang hanya akan menjadi kenangan buruk untuk Neapolitan.
Jika Anda lupa atau belum sempat menangkap informasi tentang momen ini, simak video di bawah ini.
LEGEND: The Napoli stadium announcer when Gonzalo Higuain scored. pic.twitter.com/61mrn6r8Ok
— SPORF (@Sporf) February 24, 2017
The man behind the mic memang bukanlah sosok yang sering terlihat dalam pertandingan sepakbola, namun ia memiliki peran besar dalam menghidupkan atmosfer tribun. Dalam sepakbola Italia, mereka adalah figur yang menjalin dialog dengan kerumunan fans untuk mendukung klub favoritnya. Decibel Bellini adalah contoh nyata dan video di atas menunjukkan betapa besarnya pengaruh sang announcer. Tak hanya meluapkan emosi fans, kemampuan mereka untuk mengendalikan massa juga menjadi dukungan tambahan untuk para pemain – dan tekanan untuk tim lawan.
Stephen Lehmann, orang yang berprofesi sebagai stadium announcer Bayern Munich, mengamini fakta di sepakbola Italia tersebut. Di sepakbola Jerman, sosok ini memiliki peran yang tak kalah krusial. Lehmann bahkan mengatakan bahwa stadium announcer adalah orang yang menghubungkan fans dan klub. Mereka adalah sumber energi [di stadion].
Tugas tertulis para stadium announcer sebenarnya tidaklah banyak dan sebesar itu. Bertahun-tahun lalu, sang pembawa acara memiliki tugas yang sederhana. Mereka membacakan susunan pemain, menyalakan musik, mengumumkan pencetak gol, dan menyampaikan pesan dari para fans – seperti di radio! Namun sepakbola Italia dan Jerman membawanya ke tahap yang jauh lebih tinggi. Announcer bukan lagi soal profesionalisme, tetapi soal hasrat dan semangat.
Ironisnya, hal semacam ini justru dianggap tak terlihat lagi di sepakbola Inggris, negara kelahiran sepakbola. King Karl, pembawa acara Hamburg, mengatakan atmosfer stadion Inggris sudah berbeda. Esensi announcer pun mengalami pergeseran. Ia mengambil Alan Keegan sebagai contoh, fans Manchester City yang menjadi pembawa acara Manchester United.
Memang tidak semuanya seperti itu, karena West Ham United masih memelihara kehidupan stadion dengan adanya announcer yang fanatik, Jeremy Nicholas. Penggemar The Hammers itu sempat mundur setelah gajinya dipotong 60 persen, tapi akhirnya kembali ke Boleyn Ground (stadion lama West Ham) karena prihatin dengan atmosfer stadion yang mati.
“Saya menawarkan jasa saya secara gratis, untuk membantu menaikkan kebisingan dan membangun benteng Boleyn. Banyak fans telah menghubungi saya dan berkata apakah saya mempertimbangkan opsi untuk pulang. Jadi setelah berpikir matang-matang, saya menyimpulkan begini: Sebagai pembicara profesional, saya tak bisa menerima pemotongan gaji 60 persen, karena itu tidak masuk akal. Namuns ebagai fans West Ham United sejak usia enam tahun, saya tak tahan melihat dan menonton di tribun bahwa kami menyianyiakan laga kandang. Jadi saya memutuskan untuk kembali tanpa dibayark,” ungkap Nicholas empat tahun lalu.
Ada hubungan spesial antara fans dan announcer. Dialog yang terjalin di antara mereka tidak hanya bertahan sepanjang laga, tapi melebihinya. Sejak penyebutan nama pemain hingga skor terkini, interaksi adalah kuncinya. Beberapa orang mungkin mengecam hal ini karena para fans dimanipulasi, namun batasan termanipulasi dan bersenang-senang sendiri sudah kabur. Apa pun pandangannya, stadium announcer yang tidak terlihat itu bukan sekadar menarasikan pertandingan, tapi membangkitkan pemain ke-12 yang tertidur di sudut-sudut stadion.
Source link